Tas Unik Decoupage, Hobi Penghasil Rezeki
Seni decoupage mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Tapi, rupanya decoupage tengah digandrungi sebagai salah satu pilihan aksesori fashion. Seni itu bahkan dijadikan inspirasi wirausaha oleh kalangan ibu-ibu muda, termasuk Ari Dianing Ratri.
Ratri yang sejak kecil mengaku senang mengulik beragam aksesori memasukkan seni decoupage sebagai salah satu caranya berkreasi. Ia menjadikan clutch atau tas tangan di tambah sentuhan decoupage bukan cuma jadi alat pembawa barang dengan tampilan pasaran ketika bepergian. Tapi, juga menjadi aksesori cantik nan eksklusif.Indonesian-burger-recipe.
Seni decoupage merupakan seni dekorasi yang menutupi permukaan sebuah benda dengan potongan kertas atau kain. Decoupage berasal dari bahasa Prancis, yaitu decouper yang artinya memotong.
Namun, di tangan Ratri, seni ini tak hanya jadi sebuah keisengan semata. Decoupage justru membangkitkan semangat wirausaha Ratri.
Ia mengusung brand "OrchitaCRAFT" karena ia sangat menyukai orchid alias anggrek. "Orchita itu nama pemberian dari seorang sahabat yang artinya pencinta anggrek," tuturnya kepada Republika, belum lama ini.
Ratri bukan "anak baru" di dunia bisnis dan fashion. Sejak remaja, ia bersama sang kakak, Ary Winarni, hobi membuat beragam aksesori craft, mulai dari rajut, sulam pita, payet, dan yang lainnya.
Mereka berdua bahkan sempat menjual hasil karya mereka secara offline di kawasan Plaza Pondok Gede dan Thamrin City. Namun, usaha tersebut hanya bertahan tiga tahun karena kesibukan masing-masing.Fry-asparagus-with-shrimp.
Perkenalannya dengan decoupage beberapa bulan lalu kemudian membangkitkan semangatnya kembali. Ratri kali ini bergerak keranjingan hasil seni dekorasi tersebut bersama sejumlah teman SMP dan SMA yang membuat kelompok arisan bernama Emak-Emak IKATSEMUA. "Karena banyak yang suka, akhirnya saya memberanikan diri coba menjual via online," tuturnya.
Modal awal usaha tak terlalu tinggi. Hanya perlu membeli beberapa alat dan bahan yang sumber dananya ia sisihkan dari uang belanja bulanan. Ratri merinci, alokasi modal, di antaranya, membeli beragam clutch seharga Rp 50-75 ribu, puluhan lembar tisu impor seharga Rp 15 ribu per lembar, lem, cat akrilik, dan vernis Rp 100 ribuan. Total modal awal Rp 1,5 jutaan.
Craft, menurutnya, merupakan produk bisnis yang unik. Craft merupakan kreasi buatan tangan yang punya nilai kekhususan tersendiri, dikerjakan dengan passion dan tidak akan bisa diserupakan dengan produk lain.
Hal tersebutlah yang menjadi keunggulan produk buatannya. Kreasi decoupage buatannya juga unggul di aspek desain, kualitas bahan baku yang digunakan, serta ketelitian dan kerapiannya.
Ratri memamerkan hasil karya perdananya di akun pribadi Facebook. Hasilnya, ia kebanjiran "like". Kemudian, sejumlah order menyusul minta dibuatkan produk "OrchitaCRAFT". Dari sanalah, kemudian ia berekspansi memperluas areal promosi ke akun Instagram dan website.
Hingga kini, jumlah order per bulan masih sekitar 20-30. Maklum, bisnis baru berjalan selama beberapa bulan. Ia masih harus fokus membuat konsumen sadar akan keberadaan Orchita. Promosi dan penjualan masih terbatas via dunia maya. Tapi, sesekali, berjualan offline ia lakukan bersama reseller ketika sedang kumpul-kumpul dengan teman arisan atau keluarga.
Harga produk pascatersentuh seni decoupage yang ia tawarkan, yakni Rp 150 ribu–Rp 300 ribuan. Omzet per bulan, diakuinya, masih rendah, hanya sekitar Rp 3 juta–Rp 4 juta dan masih diputar lagi untuk belanja bahan. Jadi, keuntungan finansial masih belum terasa.
Omzet yang terkumpul rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis. Tidak hanya decoupage yang diusung, tapi juga kerajinan lain sesuai tren kekinian.
Ratri lantas berbagi pengalaman unik selama menjalani bisnis. Ketika awal-awal demam decoupage, teman-teman arisan sepakat membuat kreasi masing-masing. Lalu, hasil produknya dipakai jalan-jalan ke Bandung dengan dresscode seragam. Ketika berjalan-jalan, mereka berfoto-foto bersama dan ia memperhatikan banyak orang takjub melihat kreasi tas mereka.
Ada pula yang menanyakan asal tas tersebut, di mana membelinya, sebab mereka pun ingin memiliki produk serupa. "Rasanya puas dan bangga banget banyak yang menyukai kreasi kami," ujarnya. Itulah yang menjadi muasal ia membuat akun Instagram.
Meski, tetap usaha yang kini ia geluti memiliki tantangan tersendiri. Yang terbesar, yakni ketika suatu saat tren decoupage menurun popularitasnya, digantikan yang lain. Seperti batu akik, ia bisa booming dan suatu saat akan surut popularitasnya.Tibalah-kita-di-akhir-zaman.
Pesaing juga semakin banyak. Maka, cara ia mengantisipasi tantangan tersebut, yakni dengan membuat desain yang unik, berbeda dengan yang lain. Ratri merasa beruntung memiliki teman-teman arisan IKATSEMUA. Mereka selalu memberi semangat mulai dari konsultasi desain, pengadaan bahan baku, serta pemasaran. Itulah fungsinya komunitas, yakni saling menjaga semangat.
Mantan copywriter dan advertising di sebuah perusahaan swasta tersebut juga ingin terus menjaga keberjalanan bisnisnya tetap dibarengi penjagaan passion, yakni berkreasi. Omzet yang terkumpul nantinya akan jadi modal untuk mendirikan gerai craft seperti di mal-mal. "Saya juga ada proyek bikin buku craft bersama BFF sekaligus soulmate saya, namanya Heni Purwani," ujarnya.
Ia mengamini soal tantangan terbesar seorang pengusaha, yakni menghadapi rasa bosan. Pada awal-awal bisnis memang semangat, terlebih jika sambutan konsumen antusias. "Jadi, saat ini produk saya kerjakan sesuai kemampuan tenaga, waktu, dan bahan baku yang ada dulu saja, nggak ngoyo," katanya.
Pengerjaan produk sesuai pesanan. Selebihnya, prioritas utama tetap pada keluarga. Ratri tak ingin bisnisnya berkembang maju, tapi keluarga sendiri tak tertangani.
Tas Unik Decoupage, Hobi Penghasil Rezeki. VIDEO